Cerita Mukidi: Pengakuan Markonah Istri Mukidi Saat Tanya Jawab Majlis Ta'lim

Pada suatu sore di sebuah pengajian majlis Ta'lim dibukalah sesi tanya jawab. Kebetulan yang dibahas dalam pertemuan itu adalah terkait dengan ilmu Fiqih. Yaitu terkait dengan pembahasan hadas besar dan hadas kecil. Pak ustadz menjelaskan apa saja hal-hal yang masuk dalam kategori hadas besar yang mewajibkan mandi besar. Selain itu juga dibahas apa saja yang menjadikan hadas kecil dan hanya bisa diselesaikan dengan berwudu saja.

Selesai sesi dibukalah tanya jawab, siapapun yang hadir dalam pengajian itu bisa bertanya terkait dengan materi yang disampaikan. Boleh juga sih bertanya terkait dengan materi di luar yag disampaikan oleh ustadz.

Ustadz Mattali mulai membuka sesi tanya-jawab bagi para jamaah.

Markoya: Pak Ustadz, saya mau tanya.
Pak Ustadz: Silakan, silakan.

Markoya: Begini, Pak Ustadz. Semalem suami saya ngajak berhubungan. Saya tolak karena capek banget. Tapi karena kasihan, akhirnya saya bantu dia pakai tangan. Apa saya perlu mandi junub, Pak Ustadz?

Pak Ustadz: Suami Ibu wajib mandi junub. Kalau untuk Ibu, cukup cuci tangan saja.
Markoya: Oh, begitu. Terima kasih, Pak Ustadz.

Pak Ustadz: (Sambil melihat ke arah jamaah yang lain) Kalau Bu Markonah Istri Mukidi, kenapa senyum-senyum?

Bu Mukidi (Markonah): Ndak apa-apa, Tadz.
Pak Ustadz: Kalau ada persoalan, silakan ditanyakan.

Bu Mukidi (Markonah): Saya ndak jadi nanya, Tadz.
Pak Ustadz: Memangnya kenapa? Tak usah malu-malu.

Bu Mukidi (Markonah): Karena saya sudah tau jawabannya, kok, Tadz.
Pak Ustadz: Jawaban yang bagaimana?

Bu Mukidi (Markonah): Begini, Tadz. Suami saya wajib mandi junub. Sedangkan saya, cukup kumur-kumur.

 Pak Ustadz: (((((PINGSAN)))))
Previous
Next Post »
Posting Komentar
Thanks for your comment