Cerita Mukidi: Mukidi Mabuk Berat dan Adu Mulut Dengan Markonah

Mukidi terbangun tengah malam. Dia kaget, di sudut kamarnya ada sinar yang sangat menyilaukan.

“Dimana aku?” dia bertanya ketakutan.

“Mukidi, kamu sudah mati,” kata sebuah suara.

“Tapi aku belum mau mati, aku masih banyak dosa dan mau bertobat,” teman anda ini mulai terdengar memelas.

“Tidak bisa, kamu sudah mati.”

“Tolonglah, aku berjanji akan menjadi orang baik-baik…”

“Tidak bisa, kecuali kamu mau reinkarnasi…”

“Reinkarnasi? Memang hari gini masih ada?”

“Terserah, mau atau tidak?”

“Be…b…baiklah,” Mukidi tidak punya pilihan.

“Pejamkan matamu!” teman anda menuruti perintah itu. Ketika matanya dibuka dihadapannya ada beberapa butir jagung dan dia sedang mematuki jagung itu. Oh rupanya dia berubah menjadi ayam. “Ah tidak apa-apalah, setidaknya aku belum mati.” pikirnya. Ketika dia sedang asyik makan jagung itu seekor ayam jago mendekatinya berputar-putar narsis. “Ganjen!” pikir Mukidi, lalu menyadari bahwa dirinya menjadi ayam betina. “Celaka!”

Ayam jago genit itu tiba-tiba mematuk tengkuknya lalu menindih tubuhnya. hanya beberapa bentar, hubungan tidak senonoh itu selesai. Mereka berdua lalu akrab. Beberapa waktu kemudian Mukidi merasa perutnya mules.

“Ah itu biasa,” kata si ayam jago. “Mungkin ini masa suburmu. Sebentar lagi kamu bertelur.”

“Bertelur?” Mukidi baru sadar. Dia berpikir, jadi rupanya begini toh rasanya wanita mengandung, betapa mulianya menjadi seorang ibu. “Aku sudah tidak tahan,” katanya. Lalu dengan sekuat tenaga dia mengejan, dan ah akhirnya keluar sudah sebutir telur dari sumbernya…”legaaa….”

Tiba-tiba …buk…buk….sebuah gagang sapu mendarat di bokongnya.

“Dasar pemabuk tua,” Markonah berteriak sambil memukulinya: “Mukidi…Mukidi…. kamu b*r*k di kasur ya?!”

Sumber: Ceritamukidi.wordpress.com
Previous
Next Post »
Posting Komentar
Thanks for your comment