Cerita Mukidi: Ketika Mukidi Mendaki Gunung Himalaya

Mukidi yang melakukan pendakian di pegunungan Himalaya,  dikejutkan oleh badai salju yang tiba-tiba datang dan dengan cepat membuat ia kehilangan jalan. Mukidi yang terpisah dari rombongan  memerlukan perlindungan dengan cepat, jika tidak ia akan mati beku. Rasa dingin segera membuat tangan dan kaki Mukidi mati rasa. Ia berlari-lari mencari jalan untuk segera turun.

Tiba-tiba reman anda ini  tersandung sesosok tubuh laki-laki yang tergeletak hampir membeku. Mukidi bimbang apa yang harus dilakukan, meninggalkan orang tersebut untuk menyelamatkan diri atau menolongnya dengan konsekuensi ia pun akan ikut membeku.

Keputusan diambil, Mukidi melepas sarung tanganya yang basah. Ia berlutut disamping tubuh yang tergeletak tersebut dan langsung mengurut lengan dan kaki lelaki itu. Setelah beberapa saat, lelaki itu mulai memberikan tanggapan dan segera bisa berdiri. Akhirnya mereka berdua turun bersama-sama mencari pertolongan.

Di kemudian hari, Mukidi  diberitahu bahwa dengan menolong orang lain, ia telah menolong dirinya sendiri. Mati rasanya hilang saat ia mulai mengurut lengan dan kaki tubuh laki-laki yang ia temukan. Kegiatannya yang semakin banyak meningkatkan peredaran darahnya, serta mendatangkan kehangatan kepada tangan dan kakinya.

***

Kita sering dihadapkan pada pilihan dilematis, antara menyelesaikan masalah kita sendiri atau menolong orang lain yang juga lagi didera masalah. Kita sering berpikir bahwa ketika kita menolong orang lain, masalah kita bisa terbengkalai.
Sifat egoisme masih sering mendekap kita sehingga kita lebih senang memikirkan diri kita sendiri. Apapun yang bersangkutan dengan diri kita haruslah sempurna, tak boleh ada kekurangan.

Ketika kita mendapat masalah, kita harus segera menyelesaikannya. Andai ada teman kita yang meminta bantuan kita, mereka akan menjadi yang nomor dua.

Kita sering kali berada pada kondisi tidak sadar bahwa menyelesaikan masalah, apapun dan milik siapapun, bisa memberikan manfaat bagi diri kita sendiri, langsung ataupun tidak.

Apa yang terjadi pada Mukidi, menunjukkan manfaat langsung dari kerelaannya menolong orang yang ditemuinya. Manfaat tidak langsung, bisa jadi terletak pada nilainya. Jika suatu saat kita mendapatkan masalah yang sama, pengalaman kita dalam menolong orang lain bisa jadi modal berharga bagi kita untuk menyelesaikan masalah yang kita hadapi.

Mukidi terbebas dari masalah yang dihadapinya dengan menolong orang lain yang sama sekali tidak dikenalnya. Si Mukidi mampu menyingkirkan egoismenya untuk bisa selamat sendiri. Barangkali, kita membutuhkan semangat ini, saat nilai kerjasama, gotong royong, saling menolong mulai mulai meluntur diantara kita. Zig Ziglar dengan begitu jelas mengatakan bahwa satu-satunya cara untuk mencapai puncak gunung kehidupan adalah dengan melupakan diri sendiri dan membantu orang lain. Semoga kita semua bisa melakukannya.

Sumber: Ceritamukidi.wordpress.com
Previous
Next Post »
Posting Komentar
Thanks for your comment