Cerita Mukidi: Abu Mukidi Berhasil Melumpuhkan Iblis

Abu Mukidi yang saleh melihat suatu kaum yang ibadahnya menyembah pohon, ia marah! Dengan menenteng sebatang kapak ia berniat menghancurkan pohon itu. Sesosok iblis yang mengubah dirinya menjadi seorang syekh, menyambut kedatangan Abu Mukidi di dekat pohon itu.

”Ke manakah Anda hendak pergi wahai saudaraku, mudah-mudahan Allah merahmatimu.”

Aku hendak memotong pohon ini.” Abu Mukidi menjawab,

”Apa yang menyebabkan engkau ingin memotong pohon ini, sehingga kamu telah meninggalkan ibadahmu serta menyibukkan diri dengan kegiatan yang tidak bermanfaat bagimu?”

”Sesungguhnya apa yang akan aku lakukan ini adalah sebagian dari ibadahku.”

 ”Aku tidak akan membiarkan kamu untuk memotong pohon ini.” Iblis bergerak dengan garang menyerang Abu Mukidi, tetapi tidak berhasil menaklukannya.

Iblis berhasil dikalahkan dan ia ditawan dalam pengawasan Abu Mukidi.

”Lepaskan aku, dan aku akan berbicara kepadamu.” Abu Mukidi melepaskannya. ”Sesungguhnya Allah swt telah menggugurkan perintah untuk memotong pohon ini dan Dia tidak mewajibkannya lagi kepadamu. Allah tidak menyuruh kamu untuk melakukan hal ini. Jika Allah berkehendak, mungkin Allah sudah memerintahkan pekerjaan ini kepada para Nabi-Nya dan mengutusnya untuk menghancurkan pohon ini.”

”Akulah yang harus memotong pohon ini.” Jawab Abu Mukidi.

Abu Mukidi mendekati iblis dan melawannya kembali. Kembali Mukidi berhasil mengalahkan iblis itu dan segera mengurungnya.

 ”Apakah kamu mempunyai keputusan tentang masalah kita ini agar semuanya menjadi lebih baik dan berguna bagiku dan bagimu?”

 Abu Mukidi terdiam.

”Apakah kau bisa memutuskan dan menyebutkan hal itu?” tanyanya.

”Ya,” Iblis menjawab, “tetapi lepaskan dulu aku dari pengawasanmu.”

Setelah dilepaskan iblis itu berkata, ”Wahai Abu Mukidi, kamu adalah orang miskin yang tidak mempunyai apa-apa. Engkau telah menjadi beban bagi orang lain yang menanggungmu. Engkau yang dalam kesendirian terus berusaha ingin menjadi yang terbaik dari tetanggamu, dan kenyang dalam keheninganmu tanpa memerlukan manusia yang lain. Bukankah yang aku katakan ini benar?”

Abu Mukidi terdiam. Ia menjawab pelan, ”Benar.”

 Iblis balik berkata, ”Urungkanlah niatmu untuk memotong pohon ini dan aku akan berikan kepadamu dua dinar yang akan aku simpan di bawah bantalmu setiap pagi. Dengan uang itu kamu akan membelanjakannya untukmu, keluargamu, dan sisanya untuk sedekahmu kepada saudara-saudaramu. Dan hal ini lebih baik bagimu dan kaum muslim yang lain daripada hanya memotong pohon yang tidak mendatangkan manfaat bagimu dan saudara-saudaramu.”
Abu Mukidi terdiam. Ia mulai berpikir dan merenungkan ucapan iblis itu.”Engkau benar, syekh, aku bukan seorang nabi dan mengharuskan aku untuk memotong pohon ini dan Allah tidak menyuruhku untuk memotongnya, serta tidak menetapkan aku sebagai orang yang durhaka karena tidak memotong pohon ini. Apa yang kau sebutkan ternyata lebih baik dan lebih banyak manfaatnya.”

Iblis  berjanji akan memberikan uang dua dinar setiap hari karena nasihatnya diikuti.

Abu Mukidi kembali ke tempatnya. Ketika bangun pagi, ia menemukan di  bawah bantalnya  uang senilai dua dinar. Ia menyimpannya untuk dibelanjakan.

Kejadian serupa terjadi terus menerus, sampai pada suatu pagi, ia tidak menemukan lagi uang dua dinar itu. Abu Mukidi marah, lalu pergi membawa kapak bermaksud menghancurkan pohon itu.

Iblis berwujud syekh menyambut kedatangannya seraya berkata, ”Apa yang hendak kau lakukan dengan pohon ini?”

 “Aku akan memotongnya.” jawab Abu Mukidi.

”Demi Allah, kamu tidak akan mampu memotongnya dan tidak ada jalan bagimu untuk melakukannya.”

 Abu Mukidi itu menyerang Iblis dengan gencar, tetapi ia tidak berhasil mengalahkan Iblis itu seperti dulu ia mengalahkannya. Bahkan ia berhasil dikalahkan ole si Iblis. Iblis mengekang Abu Mukidi dan mengancamnya dengan tekanan yang keras agar ia tidak melakukan apa yang ia inginkan.

“Berutahukan kepadaku apakah yang menyebabkan engkau bisa mengalahkan aku, padahal dahulu aku bisa mengalahkanmu.”

”Sesungguhnya ketika engkau mengalahkan aku,” Iblis menjawab,”engkau berangkat dari marah karena Allah dan akhiratmu. Kali ini engkau tidak bisa mengalahkan aku, karena marahmu berangkat bukan dari marah karena Allah, tetapi marah karena diri dan duniamu. Allah menundukanku karenanya, dan aku menundukanmu karena rasa ikhlas karena Allah telah hilang darimu.”

Sumber: Ceritamukidi.wordpress.com
Previous
Next Post »
Posting Komentar
Thanks for your comment